Minggu, 04 November 2007

NIKAH ORIENTED

Proses Penyempurnaan Agama



Ibu, durhakalah aku

Jika dalam maumu tak ada mauku

Tapi durhakalah aku, Ibu?

Jika dalam diri Suamiku nanti tak ada cintaku

Satu hal yang seringkali terjadi dalam diri seorang wanita, khususnya di jaman sekarang ini, persepsi kian berubah dan sudah tidak seperti jaman dulu lagi yang bisa menerima apa adanya tanpa harus berfikir dan menimbang satu sampai sepuluh tahun kedepan. “Ini bukan jaman Siti Nurbaya!” Begitulah nurani hati seorang wanita, khususnya ketika melontarkan jawaban pada kedua orang tua tentang ketidaksetujuannya atau minta diberikan waktu berfikir sejenak untuk menyatakan “iya” atau “tidak”.

Ketampanan, kecantinkan, kekayaan dan lain lain, seringkali membuat orang tertutup hatinya, padahal… jika kita berbicara cinta dan kesetiaan, tentu yang bisa membuat hati ini bahagia adalah sifat, perangai seseorang dan keshalehan, disamping agama juga merupakan tolak ukur pertama dalam melangsungkan pernikahan. Rasulullah Saw. bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya atau karena agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu” (HR.Bukhari dan Muslim)

“Aku bingung… bingung ketika aku harus berbuat apa, ingin rasanya seperti teman-teman format’02 yang menikah tanpa ada sedikit beban, terurai dari wajahnya penuh keceriaan, seakan malaikat memanggil dia untuk pergi ke Surga”. Pikirku dalam khayalan.

Mencari pedamping hidup tidaklah mudah, perlu pendekatan dan proses ta’aruf yang memerlukan waktu. Apalagi, nikah merupakan Ibadah yang sangat mulia, bahkan dianggap belum sempurna agama seseorang jika ia belum menkah, maka anjuran bagi wanita adalah menikah dengan laki-laki yang bisa menjadi qawam baginya dan menjadi penyempurna agamanya. Begitupun sebaliknya, bagi laki-laki maka dia harus menikahi wanita yang bisa menjadi ummu wa rabbatul baith dengan baik serta bisa menjadi penyempurna agamanya juga.

Aku tidak bisa seperti wanita-wanita dulu yang tanpa beban menyatakan iya atau kesanggupannya untuk menikah. Please Wait!!! Untuk urusan yang satu ini, aku tidak mau salah langkah apalagi terjebak dalam fatamorgana dunia. Aku wanita sholehah, wanita yang mengerti agama. Aku ingin menikah sekali saja sepanjang hayatku, aku ingin seberbakti Niyala dan seikhlas Raihana dan sebahagia Afirah dalam merasakan cinta sejati yang hakiki.

Ibu… jangan kau paksa aku untuk menikah kepada orang yang tidak aku cintai, tapi akupun tak akan menerima siapapun yang kelak menjadi suamiki tanpa ridhamu. Ridallah fi Ridha al-Walidain, “ridhamu wahai sang Ibu, adalah ridha Allah jua.”

Aku ingin menjadi hambaMu Ya Allah, Fi Tha’atillah wa Tha’atir Rasul. Untuk itu, berikanlah aku suami yang shaleh, ta’at kepada Allah dan diridhai oleh kedua orang tua. Amin.

Dinding-dinding kamar yang menjadi saksi bisu dalam kepiluanku

2 komentar:

Iman Fadllurrahman mengatakan...

Masya Allah ukhti, nikah itu memang sesuatu yang paling mahal dan paling berkesan dalam hidup kita ini.

Tapi Btw, ukhti kapan neh resepsi pernikahannya, atau ukhti belum terpikir ke arah sana.

Mulai dari sekarang...ukhti harus sudah punya planning ke arah sana ya, disamping umur ukhti yang sudah cukup. Ditambah lagi jangan sampe ketinggalan rombongan sama teman2 format,he3.

Anonim mengatakan...

lustri catik, jangan lupa, pilih laki2 yang sejuk di pandang, baik akhlaknya, meski ngga ada orang yang sempurna, tapi kita harus pilih yang sabar dan penuh cinta. doanya: ROBBANA HABLANA MIN AZWAJINA QURROTA A`YUN, WAJ`ALNA LILMUTTAQYNA IMAMA...amiin