Semua orang pasti merasa senang klo bisa menjadi tempat curhat bagi temen2 mereka, apalagi klo kita bisa kasih solusi yang jitu buat mereka (wuah..pastinya seneng bgt dong).
Begitupun aku seneng banget bisa jadi tempat curhat buat temen2ku yang lagi punya masalah, dan aku bisa kasih solusi yang t'baik buat mereka.
Tapi kadang2 aku sebel juga ma temen yang t'lalu memusingkan atau membuat masalah itu menjadi besar, padahal yang aku tw masalah itu ga ada yang berat, t'gantung bagaimana kita bisa menyikapi masalah tersebut. Nah, klo kita menyikapinya dengan ringan maka masalah itupun akan ringan. buat aku, dalam menyelesaikan sebuah masalah adalah dengan melakukan apa yang ingin kita lakukan sesuai dengan suara hati kita, dan untuk menghilangkan rasa suntuk, kita bisa melakukan hal2 yang positif, misalnya dengan rajin b'ibadah, menyibukkan diri dengan b'bagai tugas (kuliah, sekolah, pekerjaan, dll), atau bisa juga rekreasi dengan keluarga atau teman2 (pasti seru tuh..).
Mungkin diantara kalian ada yang kurang setuju dengan pendapatku tersebut, ya.. itu hal yang wajar karena tidak semua orang sama dan masing2 dari kita mempunyai pendapat sendiri. Namun perbedaan pendapat bukanlah suatu halangan untuk kita tetap saling b'teman.
Jumat, 16 November 2007
Tempat Curhat
Minggu, 04 November 2007
NIKAH ORIENTED
Proses Penyempurnaan Agama
Ibu, durhakalah aku
Jika dalam maumu tak ada mauku
Tapi durhakalah aku, Ibu?
Jika dalam diri Suamiku nanti tak ada cintaku
Satu hal yang seringkali terjadi dalam diri seorang wanita, khususnya di jaman sekarang ini, persepsi kian berubah dan sudah tidak seperti jaman dulu lagi yang bisa menerima apa adanya tanpa harus berfikir dan menimbang satu sampai sepuluh tahun kedepan. “Ini bukan jaman Siti Nurbaya!” Begitulah nurani hati seorang wanita, khususnya ketika melontarkan jawaban pada kedua orang tua tentang ketidaksetujuannya atau minta diberikan waktu berfikir sejenak untuk menyatakan “iya” atau “tidak”.
Ketampanan, kecantinkan, kekayaan dan lain lain, seringkali membuat orang tertutup hatinya, padahal… jika kita berbicara cinta dan kesetiaan, tentu yang bisa membuat hati ini bahagia adalah sifat, perangai seseorang dan keshalehan, disamping agama juga merupakan tolak ukur pertama dalam melangsungkan pernikahan. Rasulullah Saw. bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya atau karena agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu” (HR.Bukhari dan Muslim)
“Aku bingung… bingung ketika aku harus berbuat apa, ingin rasanya seperti teman-teman format’02 yang menikah tanpa ada sedikit beban, terurai dari wajahnya penuh keceriaan, seakan malaikat memanggil dia untuk pergi ke Surga”. Pikirku dalam khayalan.
Mencari pedamping hidup tidaklah mudah, perlu pendekatan dan proses ta’aruf yang memerlukan waktu. Apalagi, nikah merupakan Ibadah yang sangat mulia, bahkan dianggap belum sempurna agama seseorang jika ia belum menkah, maka anjuran bagi wanita adalah menikah dengan laki-laki yang bisa menjadi qawam baginya dan menjadi penyempurna agamanya. Begitupun sebaliknya, bagi laki-laki maka dia harus menikahi wanita yang bisa menjadi ummu wa rabbatul baith dengan baik serta bisa menjadi penyempurna agamanya juga.
Aku tidak bisa seperti wanita-wanita dulu yang tanpa beban menyatakan iya atau kesanggupannya untuk menikah. Please Wait!!! Untuk urusan yang satu ini, aku tidak mau salah langkah apalagi terjebak dalam fatamorgana dunia. Aku wanita sholehah, wanita yang mengerti agama. Aku ingin menikah sekali saja sepanjang hayatku, aku ingin seberbakti Niyala dan seikhlas Raihana dan sebahagia Afirah dalam merasakan cinta sejati yang hakiki.
Ibu… jangan kau paksa aku untuk menikah kepada orang yang tidak aku cintai, tapi akupun tak akan menerima siapapun yang kelak menjadi suamiki tanpa ridhamu. Ridallah fi Ridha al-Walidain, “ridhamu wahai sang Ibu, adalah ridha Allah jua.”
Aku ingin menjadi hambaMu Ya Allah, Fi Tha’atillah wa Tha’atir Rasul. Untuk itu, berikanlah aku suami yang shaleh, ta’at kepada Allah dan diridhai oleh kedua orang tua. Amin.
Dinding-dinding kamar yang menjadi saksi bisu dalam kepiluanku